dinding-dinding kini menyilangkan kedua tangan di atas dada
dagu mendongak, sudut-sudut mata menyala,
seperti belati tertimpa matahari. dan, bibir-bibir itu
konstruksi cibiran paling sempurna. tak berkata-kata
aku membaca matamu, seperti aku memahami bibirmu
dinding-dinding itu, menolak mengembalikan jeritku
yang diam
kalibata, 3 februari 2005
No comments:
Post a Comment