pada pintu yang terkibas angin itu, aku memandang bayangan
mungkin engkau. yang diam-diam akan pergi
dengan kedua tangan tersembunyi di dalam saku celana
apakah harus selalu ada lambaian tangan untuk perpisahan?
jeda adalah isyarat nyata. seperti sunyi
yang dipelihara cangkul penggali kubur
bagiku, suka cita adalah kesementaraan belaka
sebab kuasa waktu akan menjadikannya tiada
lalu katamu, "kita rayakan saja cinta selagi ada."
kita mengerti, pertaruhan kita sekadar alasan
tak penting siapa pecundang. pemenangnya adalah cinta
tetapi, sebagaimana warna pudar oleh usia, begitu pula kita
sebab selalu ada akhir dari segala kesementaraan
pada akhirnya kita akan mengerti, kesementaraan adalah buih
ketika buih itu mengering, tak ada yang tersisa selain kenangan
lalu, akankah kau melambai pada kenangan?
tanah baru, 20 desember 2010
lukisansunyi
sehelai kapas yang hinggap dalam keisenganmu lalu terhempas
20 December 2010
01 November 2010
18 October 2010
oleh-oleh
"cukup kamu," katamu
kukemas asa berpita kesumba
di bandara,
asa rebah di bawah pusara
tmp, 8 nov '04
kukemas asa berpita kesumba
di bandara,
asa rebah di bawah pusara
tmp, 8 nov '04
buku kututup
“sampai ketemu,” katamu. tatapmu sayu
kereta berlalu pilu. waktu layu
kelopak gugur beku
kita tutup buku
kalibata, 24 aug ‘04
kereta berlalu pilu. waktu layu
kelopak gugur beku
kita tutup buku
kalibata, 24 aug ‘04
kontrak buaya
berjanjilah
untuk tak menerkamku
habis itu
kita boleh makan bersama
jkt, 25 November 2004
untuk tak menerkamku
habis itu
kita boleh makan bersama
jkt, 25 November 2004
d i a m
dinding-dinding kini menyilangkan kedua tangan di atas dada
dagu mendongak, sudut-sudut mata menyala,
seperti belati tertimpa matahari. dan, bibir-bibir itu
konstruksi cibiran paling sempurna. tak berkata-kata
aku membaca matamu, seperti aku memahami bibirmu
dinding-dinding itu, menolak mengembalikan jeritku
yang diam
kalibata, 3 februari 2005
dagu mendongak, sudut-sudut mata menyala,
seperti belati tertimpa matahari. dan, bibir-bibir itu
konstruksi cibiran paling sempurna. tak berkata-kata
aku membaca matamu, seperti aku memahami bibirmu
dinding-dinding itu, menolak mengembalikan jeritku
yang diam
kalibata, 3 februari 2005
16 October 2010
d e g u p
degup itu serupa meteor
yang melintas di angkasa
sekilas, tapi meninggalkan
ekor yang panjang
langit laut jawa, 14/10/10
yang melintas di angkasa
sekilas, tapi meninggalkan
ekor yang panjang
langit laut jawa, 14/10/10
14 October 2010
09 October 2010
air dan angin
sejak kau curi cahaya bulan di bawah jembatan
sungai-sungai berhenti beriak. angin memilin
diri di tanah-tanah peladang
mengapa seketika mengunci jarak
bukankah kita telah sama-sama lelah?
beijing, 11 sept 2009
sungai-sungai berhenti beriak. angin memilin
diri di tanah-tanah peladang
mengapa seketika mengunci jarak
bukankah kita telah sama-sama lelah?
beijing, 11 sept 2009
08 October 2010
sarapan pagi
hari ini kau tersaji bersama setangkup roti isi,
jus stroberi, dan sepotong sisa mimpi
biar usia tak membuatmu basi,
sudikah kau kukantungi dalam mimpi?
tanahbaru, 010309
jus stroberi, dan sepotong sisa mimpi
biar usia tak membuatmu basi,
sudikah kau kukantungi dalam mimpi?
tanahbaru, 010309
Subscribe to:
Posts (Atom)