tak tahu diri, sudah beratus beribu kali kuusir
kau bilang mau jadi tamu tetap. apa kau tak mengerti
setiap hari ingin membikin cerita sendiri?
kau bersikukuh. katamu, aku juga cerita sendiri
ah, bukanlah kau hanya cerita yang sama?
membosankan
kau malah memelukku erat. katamu, aku duka
dan bahagia. aku tak mau melepasmu setiap malam
bukankah sejak dibangun gedung menjulang di muka
rumahmu kau tak lagi bisa menatap bulan?
bukankah hanya ia satu-satunya yang
menemani malam-malammu?
kini izinkan aku menggantikannya,
kau terus memohon
kukatakan, meski bulan tak tampak lagi di jendelaku
dia tak akan pernah berpaling setiap malam
kau menunduk. lalu katamu, tapi aku adalah engkau
yang meleleh di kedua sudut matamu, yang bahkan
kau tak pernah berusaha menghapusnya.
tanah baru 02.03.08 23:42
No comments:
Post a Comment